KOTAK PENCARIAN:

ANDA INGIN MENYIMPAN BLOG INI SILAHKAN KLIK +1

Kamis, 13 Mei 2010

Pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di Madrasah ALiyah Negeri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita rentan dengan gangguan alat reproduksinya karena alat kelamin wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga/ ruang rahim, saluran telur atau tuba fallopi yang bermuara di dalam ruang perut. Hubungan langsung ini sehingga infeksi pada bagian luarnya secara berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut. Dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau peritonitis (Manuaba, 1999)
Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin wanita antara lain sistem asam-basanya, pertahanan lainnya yaitu dengan pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke arah luar menyebabkan bakteri dibuang dan dalam bentuk menstruasi. Sekali pun demikian sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak dapat dibendung dan menjalar ke segala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah leukorea atau keputihan (Manuaba, 1999)
Menurut data family carp international (1995) Amerika Serikat bahwa satu dari 20 remaja tertular Penyakit infeksi menular seksual dengan jumlah penderita ims tertinggi pada usia 15-20 tahun, di Indonesia penderita ims terdapat sebanyak 45.830 orang dengan jumlah penderita di Lampung sebanyak 499 (Profil Kesehatan Indonesia 2005), sedangkan jumlah penderita ims di kota metro pada tahun 2003 tidak ada (Profil Kesehatan Kota Metro, 2003), pada tahun 2004 sebanyak 17 orang (Profil Kesehatan Kota Metro, 2004), pada tahun 2005 sebanyak 14 orang (Profil Kesehatan Kota Metro, 2005).
Keputihan dapat dibedakan menjadi keputihan normal dan keputihan abnormal.Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar tersebut. Dan untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap keputihan. Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan Gram untuk infeksi bakteri, preparat basah untuk infeksi jamur, kultur/pembiakan untuk menentukan jenis bakteri penyebab, dan Pap smear untuk menentukan adanya sel ganas pada serviks (Manuaba, 1999)
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 400.000 kasus baru kanker leher rahim, sebanyak 80% terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Penderita terbanyak kanker leher rahim ada di indonesia (www.health-irc.or.id/profil 2004/bab2.htlm). Kasus penderita kanker di Indonesia yang ditemukan sebanyak 8.182 kasus, dengan kasus kanker servik 2.780 kasus (www.pd. persi.co.id/?show = detail news & kode).
Wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan keputihan sehingga di anjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba, 1999)
Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan fisiologis dan keputihan patologis tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak, wanita yang beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit kelamin dan jika wanita yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan fisiologis akan membuat wanita tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita bisa semakin parah.
Hasil pra survey yang telah penulis lakukan di MAN 1 Metro tentang keputihan fisiologis dan patologis dengan cara menyebarkan kuesioner pada semua remaja putri kelas II di MAN 1 Metro sebanyak 115 orang ditemukan 104 orang (90,5%) yang tidak mengetahui tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis, sedangkan sebanyak 11 orang (9,5%) mengetahui perbedaan keputihan fisiologis, selain itu belum adanya penyuluhan kesehatan reproduksi dan penelitian mengenai keputihan di MAN 1 Metro. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengetahuan Remaja Putri di MAN 1 Metro tentang keputihan fisiologis dan Keputihan Patologis.”

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subyek penelitian : Remaja Putri Kelas II di MAN 1 Metro
3. Obyek Penelitian : Pengetahuan tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis
4. Tempat penelitian : MAN 1 Metro
5. Waktu penelitian : 8 Mei 2006

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis dan keputihan patologis di MAN 1 Metro.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan fisiologis
b. Diketahui pengetahuan remaja putri tentang keputihan patologis

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi remaja
Bagi remaja putri khususnya remaja putri di MAN 1 Metro diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang keputihan, sehingga dapat diketahui secara cepat bila terjadi abnormalitas keputihan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan pada remaja.
3. Bagi Institusi pendidikan
a. Prodi kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa prodi kebidanan Metro.
b. Staf pengajar MAN 1 Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di MAN 1 Metro, dan dapat juga sebagai bahan masukan dalam memberikan bimbingan konseling pada remaja putri.

muncul 1x

0 komentar:

TIDAK MENEMUKAN YANG DICARI GUNAKAN KOTAK PENCARIAN: