KOTAK PENCARIAN:

ANDA INGIN MENYIMPAN BLOG INI SILAHKAN KLIK +1

Minggu, 08 Agustus 2010

Rapid Health Assessment (RHA) Pasca Gempa Bumi 27 Mei 2006 di Kabupaten Bantul, Yogyakarta

Gempa tektonik telah mengguncang wilayah Propinsi D.I. Yogyakarta dan sekitarnya pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2006 pukul 5:53:58. Menurut laporan National Earthquake Information Center, United States Geological Survey (USGS), gempa berkekuatan 5,9 SR tersebut terletak di wilayah daratan Kabupaten Bantul (25 km arah Timur Laut Kota Yogyakarta) pada 7,962°LS dan 110,458°BT di kedalaman 10 km.

Peristiwa tersebut memiliki dampak yang cukup signifikan bagi status kesehatan masyarakat di wilayah gempa terutama Kabupaten Bantul. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya penanggulangan masalah kesehatan melalui langkah-langkah tanggap darurat. Salah satu upaya tersebut adalah dilaksanakannya penilaian cepat (rapid health assessment/RHA) untuk mengetahui besaran masalah kesehatan yang dihadapi dan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah bencana. Hasil penilaian cepat ini dapat digunakan untuk memantapkan berbagai upaya kesehatan pada tahap tanggap darurat.

Sebagai wujud tanggap darurat terhadap bencana ini, Politeknik Kesehatan Yoyakarta beserta relawan dari Politeknik Kesehatan dan jajaran kesehatan yang lainnya mengambil inisiatif penanggulangan dalam bentuk mendirikan posko kesehatan, imunisasi TT massal dan penilaian cepat. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 29 Mei s.d. 15 Juni 2006.

Penilaian cepat kesehatan dilakukan pada tanggal 15 Juni 2006 hanya di lima kecamatan terpilih di wilayah Bantul yaitu : Kecamatan Pleret, Banguntapan, Jetis, Pundong, dan Sewon. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui besar masalah kesehatan dan risiko penyakit yang akan datang sebagai akibat bencana gempa. Kajian assesmen kesehatan akibat bencana di Provinsi DIY melipui aspek keadan umum dan lingkungan, derajad kesehatan, sarana kesehatan dan bantuan kesehatan. Hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh berbagai pihak terkait dalam upaya bersama memulihkan sistem kesehatan di Provinsi DIY khususnya.
Tercatat 55,6% Puskesmas Induk dan Perawatan dari 27 unit yang ada di Kabupaten Bantul mengalami kerusakan berat, begitu juga dengan kondisi Puskesmas Pembantu (53,6%) dan Rumah Dinas Dokter dan Paramedis (64,8%).

Rerata umur responden 28 tahun (IK95% : 26 – 30). Sebagian besar responden adalah perempuan (52,9%) dan sebagai ibu rumah tangga (73,3%). Hampir sepertiga responden pernah mengenyam pendidikan SD (31,9%) dan SLTP (31,4%).

Responden yang memiliki anggota keluarga cedera akibat gempa bumi sebesar 40,0% (IK95%: 29,26 - 50,74). Sebagian besar letak cedera korban bencana gempa bumi berada di daerah kepala (15,7%; IK95% : 5,13 - 26,28), tangan (11,3%; IK95% 4,85 - 17,66) dan kaki (11,1%; IK95% : 8,01 - 14,26). Pada saat survei dilakukan 3,4% (IK95% : 1,33 - 5,56) anggota keluarga yang cedera mengalami infeksi dan perlu penanganan perawatan luka yang lebih adekuat.

Survei memperlihatkan masih banyak masyarakat yang mengobati dirinya sendiri di rumah (30,2%; IK 95% : 3,80 - 56,57) atau bahkan luka didiamkan saja (6,6%; IK 95% : 2,95 - 10,26). Anggota keluarga responden yang sedang menjalani rawat inap di fasilitas kesehatan sebesar 7,7% (IK 95% : 2,93 - 12,54), anggota keluarga yang menjalani rawat jalan di fasilitas kesehatan sebesar 13,8% (IK 95% : 8,61 - 18,93).

Keluarga yang memiliki ibu hamil pada saat survei dilakukan sebesar 29,1% (IK 95%: 25,09 – 34,07) dengan rata-rata usia ibu hamil 29,4 tahun (IK 95%: 25,87 - 32,85). Mereka memiliki rata-rata umur kehamilan 21,4 bulan (IK 95%: 16,93 -25,87). Terdapat 16,0%( IK 95%:13,49 - 18,51) ibu hamil yang menderita status gizi kurang (KEK).

Keluarga yang memiliki ibu baru melahirkan hanya 5,24% (IK95%: 2,31 - 8,17), dimana waktu bersalin sebagian besar ditolong oleh dokter (72,73%; IK95% : 70,35 - 75,11) di rumah sakit (72,73%; IK95% : 70,36 - 75,10).

Sebagian besar responden memiliki anak balita (63,55%; IK95%: 2,31 - 8,17), dengan rata-rata usia balita 28,9 bulan. Namun terdapat anak balita yang menderita gizi kurang (20,8%;IK95%:19,99 - 21,64) dan buruk (4,6%; IK95%: 3,74 - 5,40) yang perlu mendapat perhatian dan monitoring lebih besar bagi petugas kesehatan.
Pada saat survei dilakukan, ketersediaan cadangan bahan makanan pokok masih bisa mencukupi kebutuhan keluarga untuk 14,1 hari (IK95%: 7,53 - 20,63), sedangkan bahan makanan lain masih bisa mencukupi untuk kebutuhan selama satu minggu kecuali buah-buahan (3,0 hari;IK95%: 0,75 - 5,17).

Gempa bumi dahsyat telah menghancurkan sebagian besar rumah penduduk di lokasi survei atau 81,8% (IK95%: 48,55 - 114,99). Bahkan tidak ada rumah yang tidak rusak meskipun hanya rusak ringan (3,1%; IK95% : -1,30 – 7,44).

Sebagian besar penduduk masih mengandalkan sumber air bersih dari sumur (70,4%; IK95% : 44,74 - 96,03), meskipun ada sebagian kecil penduduk dengan kualitas fisik sumur yang tidak memenuhi syarat kesehatan (4,8%; IK95% : -14,63 - 24,16).

Hampir dua minggu setelah kejadian gempa bumi tanggal 27 Mei 2006, sudah banyak lingkungan responden yang telah mendapatkan bantuan kesehatan dari berbagai instansi atau LSM namun bantuan pengasapan (fogging) untuk mengurangi populasi nyamuk baru 47,6% (IK95% : 39,71-55,53), penyemprotan (spraying) untuk membunuh bibit penyakit berbahaya 20,0% (IK9%% : 2,71-37,29), dan upaya pengolahan air hanya 21,9% (IK95% : -5,00-48,81).

Dari data di lapangan maka perlu disusun rekomendasi sebagai berikut :

Pelayanan Kesehatan Masyarakat
  1. Merencanakan kegiatan Puskesmas keliling atau perawat keliling (mobile nursing) untuk kurun waktu tertentu sebagai dukungan sementara terpenuhinya pelayanan kesehatan masyarakat.
  2. Perlu tenaga fisioterapi untuk memberikan pelayanan perawatan pemulihan bagi penduduk pasca cedera.
  3. Perlu pemenuhan ketersediaan bahan pangan bagi penduduk kelompok berisiko terkena masalah kesehatan, khusunya program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan ibu hamil.
  4. Revitalisasi pelayanan Bidan di Desa untuk mendukung program Kesehatan Ibu dan Anak.
  5. Revitalisasi tenaga Higien Sanitasi untuk menangani sanitasi lingkungan yang tidak sehat.
  6. Perlu penanganan psikiatri bagi masyarakat yang mengalami trauma.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

  1. Melaksanakan tindak lanjut asesmen kesehatan dengan melakukan surveilans penyakit menular untuk memperkuat sistem surveilans rutin.
  2. Mempertimbangkan langkah antisipasi munculnya penyakit diare, typhus abdominalis, DHF, campak, dan tetanus mengingat sanitasi lingkungan yang kurang higienis.

Kemampuan sumber daya kesehatan untuk mendukung tahap rehabilitasi, revitalisasi dan rekonstruksi bidang kesehatan

  1. Membangun kembali dan merenovasi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu yang hancur dan rusak.
  2. Melengkapi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dengan peralatan yang sesuai standard.
muncul 1x

0 komentar:

TIDAK MENEMUKAN YANG DICARI GUNAKAN KOTAK PENCARIAN: